Gerobak kecil nan pendek berwarna biru ber-bis garis putih, beroda dua itu terparkir rapi di sudut pinggir jalan, belakang gapura jalan Sungai Walanae, Kelurahan Maricaya Baru, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan, persis di samping bangunan Hotel Istana. Sebuah payung besar berwarna warni nampak berdiri menghiasi gerobak itu sekaligus berfungsi sebagai peneduh, sementara lima kursi plastik terlihat di sekitarnya.
Gerobak itu digunakan pemiliknya untuk menjajakan kuliner bakso secara berkeliling. Pemiliknya seorang lelaki bertubuh sedang, berkumis dan agak brewok, namun selalu tersenyum. Kulitnya hitam legam terbakar terik mentari bernama “Udin”, itulah sebabnya orang-orang lebih suka menyebut kuliner dagangannya dengan sebutan “Bakso Udin”, atau memanggilnya "Udin Bakso", untuk membedakannya dengan orang-orang yang bernama Udin yang memang banyak bertebaran di Kota Makassar ini.
Di Kota Makassar saat ini terdapat dua jenis gerobak dorong yang menjual bakso, yang satu gerobak bakso panjang, yang mana bakso yang didagangkan kebanyakan serupa dengan bakso asal jawa. Kemudian bakso gerobak pendek, seperti yang dimiliki oleh Udin, adalah gerobak yang menjual bakso khas kota Makassar, rasa dan aromanya memang agak beda dengan bakso jawa. Air kuah bakso Makassar juga lebih bening dibandingkan air kuah bakso jawa, bahkan untuk bakso halus Makassar rasa daging sapinya sangat dominan, serta teksturnya sangat lembut.
Siang itu, sesudah sholat Dhuhur, aroma bawang goreng yang bercampur kuah bakso tercium merebak saat saya melangkah mendekati gerobaknya (19012016). Kulihat Udin sedang melayani beberapa orang pembelinya. Terlihat asap uap panas mengepul dari dandang besar yang terbuat dari aluminium dan terletak diatas gerobak, dalam dandang itu tersusun rapi aneka bakso., mulai dari bakso kasar, bakso halus, bakso tahu, bakso kotak dan kerupuk pangsit goreng serta mie lipat.
Sedangkan jejeran burasa sebagai pelengkapnya, diletakkan di rak yang terletak di atas dandang. Perlu sahabat-sahibit blogger sedunia ketahui, burasa adalah salah satu kuliner khas Bugis Makassar, terbuat dari beras yang dimasak dengan santan, dan dibungkus daun seperti lontong, namun berbentuk pipih.
Saat melihatku, Udin langsung tersenyum ramah dan menyapa akrab, maklum sudah setahun lebih saya tidak mencicipi kuliner bakso-nya, karena selama itu saya berada di Kalimantan Selatan. Tanpa ba bi bu, ia langsung membuat seporsi bakso untukku, rupanya masih kuat dalam memorynya akan racikan bumbu dan jenis bakso kesukaanku.
Saat melihatku, Udin langsung tersenyum ramah dan menyapa akrab, maklum sudah setahun lebih saya tidak mencicipi kuliner bakso-nya, karena selama itu saya berada di Kalimantan Selatan. Tanpa ba bi bu, ia langsung membuat seporsi bakso untukku, rupanya masih kuat dalam memorynya akan racikan bumbu dan jenis bakso kesukaanku.
Tangan Udin lincah seperti menari mengambil bakso-bakso dan mie dari dandang, kemudian mengaturnya ke dalam mangkok yang tersedia. Setelah itu ayah dari enam orang anak ini melanjutkan dengan menaburkan irisan bawang goreng, daun bawang dan racikan bumbu, lalu menyiram mangkok yang berisi bakso dan mie dengan kuah, yang diambil dari dandang besar itu juga. Sebuah lubang untuk mengambil kuah terlihat di tengah-tengah dandang.
Kemudian untuk kecap, garam dan cuka atau jeruk nipis, diserahkan kepada pembeli untuk meraciknya sendiri sesuai selera masing-masing pembeli. Lalu untuk burasa-nya, yaa terserah pembeli, sanggupnya menghabisi berapa banyak. Jangan lupa untuk menambahkan sambal atau Lombok Kuningnya, agar rasa baksonya lebih maknyus.
Lombok kuning adalah salah satu kuliner sambal khas kota Makassar, rasanya pedas menggigit dan membuat telinga mendenging, namun tidak membuat kapok yang mengkonsumsinya, malahan semakin membuat makanan yang bercampur sambal kuning terasa nikmat saat disantap. Begitulah aktifitas keseharian “Udin” , saat menjajakan dagangannya.
Meskipun jualan Udin terlihat sama dengan jualan bakso gerobak pendek pada umumnya, namun kalau bicara soal rasa, bakso Udin boleh lah di adu dengan rasa bakso yang dijual di warung atau rumah makan yang ada di Kota Makassar. Rasanya setara, bahkan masyarakat penggila bakso langganan Udin ada yang mengatakan, kalau Bakso Udin lebih enak dari pada bakso di warung atau rumah makan, bahkan restoran.
Boleh dikatakan dalam setiap gigitan Bakso Udin ada aroma khas yang gurih dan nikmat, dibarengi dengan daging baksonya yang empuk, serta air kuahnya yang harum, membuat perasaan selalu ingin tambah tambah dan tambah lagiiiii. Aaahh, Bakso Udin Bakso Khas Makassar, Jualannya di Gerobak Dorong, Tapi Rasanya Setara Restoran.
Udin tidak pernah menetap terlalu lama pada satu tempat, bila ia merasa sudah terlalu lama berada di situ, maka pria kelahiran Kabupaten Gowa, tanggal 31 Desember 1971 itu kemudian akan mendorong gerobaknya untuk pergi ke satu tempat lagi buat melayani para pelanggannya yang setia.
Saya mengatakan bahwa Udin memiliki pelanggan setia, itu memang benar adanya, karena beberapa orang pelanggannya memilih menunda jadwal makannya sebelum Udin tiba di tempat mereka biasa membeli Bakso Udin.
Di lorong tempatku berdomisili saja, meskipun banyak gerobak bakso berwarna biru ber-bis putih seperti gerobak Udin yang masuk ke dalam lorong menjajakan dagangannya, namun sebahagian besar warga memilih untuk jadi pelanggan setia Bakso Udin, salah satunya adalah saya.
Mungkin juga, disamping rasa baksonya yang enak, sikap Udin yang selalu tersenyum ramah kepada setiap orang, menjadi salah satu faktor laris manis dagangannya....mungkin...ini hanya kemungkinan saja yaaa.
Mungkin juga, disamping rasa baksonya yang enak, sikap Udin yang selalu tersenyum ramah kepada setiap orang, menjadi salah satu faktor laris manis dagangannya....mungkin...ini hanya kemungkinan saja yaaa.
Dalam sehari, Udin bisa pindah tempat sampai empat kali dan ia bisa menjual habis baksonya sejumlah 3 kali gerobak. Jadi Udin bisa mengisi stock bakso gerobaknya minimal tiga kali pengisian. Seusai menyantap seporsi bakso, saya menebusnya dengan membayar sebesar Rp. 10.000,-, .
Yang paling menarik adalah, bahwa sesibuk apapun Udin yang memiliki nama asli Nurdin Bin Nur, seharian berkeliling mendorong gerobak untuk menjual baksonya, namun ia tak pernah mengabaikan bila terdengar suara Adzan dari masjid yang memanggil umat muslim untuk mendirikan sholat.
Saat itu juga Udin langsung menghentikan segala aktifitas dagangnya, dan segera menuju ke masjid terdekat untuk melaksanakan ibadah Sholat. Itulah sebabnya ia selalu memarkir gerobaknya tak jauh dari masjid, saat menjelang waktu sholat tiba…. Masya ALLAH.
Apabila sahabat-sahibit blogger se-dunia sedang berada di Kota Makassar dan ingin mencoba rasa dari kuliner Bakso Udin, kalian boleh datang ke alamat ini :
Bakso UdinJalan Sungai Walanae sudut pertigaan Jalan Sungai Saddang, di samping Hotel Istana.Kelurahan Maricaya Baru, Kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan, Indonesia 90142Jam jualan : 10:00 pagi s/d 19:00 malam
Tabe, salama’ ki’
Keep Happy Blogging Always, Mari Ki’ Di’
Salam Kuliner :-)
Boleh dicoba.. tapi ngomong2 jalan sungai Walanae itu disekitar mana ya? Haduh dk gaul ku kurasa hahahaha..terpaksa buka google map untuk menemukan bakso Udhin.
BalasHapusWah baksonya macam-macam bentuknya. Kalau di daerahku baksonya itu yang penting gede-gede.
BalasHapusKuahnya juga harus mantap dicampur sum sum sapi..hmm slurpt...
Bang Udin baksonya laris mungkin juga rajin sholatnya ... Salam dari Rembang
Wah baksonya macam-macam bentuknya. Kalau di daerahku baksonya itu yang penting gede-gede.
BalasHapusKuahnya juga harus mantap dicampur sum sum sapi..hmm slurpt...
Bang Udin baksonya laris mungkin juga rajin sholatnya ... Salam dari Rembang
Barakallah Daeng Udin (atau Mas Udin?), senangnya membaca ada pedagang keliling yang rajin shalat seperti dirinya :)
BalasHapusWiih bisa maki' gabung di Indonesian Food Blogger, Pak ...
Langsung bebean saya, nanti mau cuss cari Udin Bakso
BalasHapusLangsung bebean saya, nanti mau cuss cari Udin Bakso
BalasHapuswahh kayaknya pengen nyobaa..tapi jauh bangett ada di makassar hihi
BalasHapusalhamdulillah ikut seneng ada pedagang yang seperti itu yah
sudah pernah coba bakso malang pak?