Mencicipi Kuliner Laut di Rumah Makan Tepi Pantai Kota Makassar


Pagi itu Ahad, 03 Januari 2016, masih dalam suasana tahun baru Masehi, saya sebagai seorang Blogger Pemuja Makanan bersama pengurus masjid Miftahul Khayr Maricaya Baru, yakni pak Haji Sahlan, pak Haji Giman dan ustadz Amri, jam 09.30 sudah merapat di sekitar pelabuhan rakyat Kota Makassar, “Paotere”, yang terletak di jalan Sabutung, untuk ber-Wisata Kuliner, sekalian mengisi lambung tengah yang sudah keroncongan.  Kata “Paotere” sendiri diambil dari bahasa Makassar, yang dalam bahasa Indonesia bermakna tali temali atau menautkan tali, tapi ada juga yang mengartikannya sebagai “tukang tali”.


Menurut catatan buku sejarah sewaktu masih Sekolah Dasar, Pelabuhan ini merupakan pelabuhan pertama yang menghubungkan Makassar dengan kota-kota lain di luar Makassar, bahkan keseluruh dunia, dan hal ini sudah dikenal oleh dunia sejak zaman kolonial Belanda. Menurut sejarah, pelabuhan Paotere adalah peninggalan Kerajaan Gowa Tallo sejak abad ke-14, ramai disinggahi kapal-kapal besar dan kecil yang kebanyakan terbuat dari kayu, seperti kapal Phinisi.

Di depan pelabuhan Paotere ini terletak sebuah rumah makan yang bernama Rumah Makan Tepi Pantai, sebuah rumah makan yang khusus menjual makanan dari ikan laut, dan sudah terkenal ke seluruh Indonesia. Ke rumah makan Tepi Pantai inilah tujuan kami sebenarnya, dan hal ini sudah direncanakan jauh hari sebelumnya oleh Pak Haji Sahlan sebagai sohibul hajatan. Saya yang kebetulan baru tiba di Kota Makassar tanggal 31 Desember 2015, bagaikan dapat durian runtuh, karena diajak juga oleh pak Haji Sahlan, Alhamdulillah, akhirnya Blogger Pemuja Makanan dapat kesempatan mencicipi kuliner hasil laut Kota Makassar lagi.

Di rumah makan Tepi Pantai ini tersaji berbagai kuliner dengan menu masakan berbahan Ikan Laut, seperti menu Ikan Bakar Polos, Ikan Pallumara, Cumi Goreng Tepung, Cumi Masak Hitam, Ikan Bakar Rica, Ikan Bakar Parape, Udang Asam Manis dan masih banyak lagi. Sementara sayurannya tersedia Sayur Lodeh dan Kangkung Cah.

Di bagian depan rumah makan terlihat beberapa kotak besar yang terbuat dari plastik berlapis Styrofoam, di kotak itulah kami bebas memilih ikan apa saja yang kami minati untuk dicicipi, karena disitulah ikan-ikan itu disimpan dalam tumpukan es. Saya memilih seekor ikan sunu ukuran sedang, sementara tiga orang yang bersama saya, masing-masing memilih ikan kakap berukuran besar.


Lagi Asyik Milih Ikan


Ke empat ekor ikan itu-pun dibakar di atas pembakaran yang super besar, yang terletak di sebelah kotak plastik berlapis Styrofoam tersebut. Kami memilih dibakar, karena pilihan lain tidak ada, untuk digoreng atau dimasak tepung belum bisa dilayani, karena bahannya belum siap. Biasanya pada jam segini semua menu bisa disajikan, mungkin habis pada saat perayaan tahun baru, jadi harap maklum.

Numpang Narsis bin Selfie di Tempat Pembakaran Ikan he he he


Empat ekor ikan itu saya minta dibelah dua sebelum dibakar, agar semua bahagiannya bisa matang, dan tak ada yang mentah karenanya. Segera saja pembakaran itu penuh dengan asap membumbung tinggi yang berasal dari bahan bakarnya yang terbuat dari arang. Karyawan Rumah Makan Tepi Pantai kelihatan asyik menggaruk-garuk tumpukan arang dengan sebuah besi panjang, agar nyala apinya merata.

Kami pun masuk ke dalam ruangan yang disediakan oleh Rumah Makan Tepi Pantai, di dalamnya berjejer rapi meja dengan kursi yang dilapisi vinyl warna coklat, jadi nampak elegant. Di ujung ruangan, ada sebuah panggung yang terisi dengan sebuah elektone dan sound system, serta dilengkapi lagi dengan layar lebar untuk LCD Proyektor. Rupanya pihak rumah makan menyediakan juga sarana Live Musik bagi pengunjung, wow asyik juga tuch.

Sambil menunggu ikan-nya dibakar, yang membutuhkan waktu agak lama, di meja telah tersaji buah pisang dan kripik emping, serta empat botol sedang Aqua. Sekitar setengah jam kemudian muncullah beberapa menu untuk sambal racikan untuk cobek-cobeknya, yang terdiri dari mangga muda segar yang dirancak halus, sambal tomat, jeruk nipis, saos kacang, irisan tomat hijau dan daun kemangi untuk lalapan beserta irisian mentimun.

Tanpa menunggu komando lagi, masing-masing langsung meracik sambal, dengan mencampur-campur berbagai menu sambal yang ada, sesuai selera masing-masing. Tak lama kemudian ikan bakar-nya pun sudah selesai dibakar, dan langsung dibawakan untuk disajikan kepada kami. Lalu menyusul dua tempat Nasi Putih, dan dua porsi Kangkung Cah.


Ini Ikan Sunu Pilihan-ku untuk dicicipi

Sayangnya, pagi itu sayur lodehnya belum ada, jadi kami tak bisa mencicip sayur lodeh khas Kota Makassar ala Rumah Makan Tepi Pantai. Cara makan ikan di Kota Makassar adalah dengan mengambil daging ikannya lalu mencocolnya ke racikan sambal yang sudah kita buat, kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Ahhhmmmm…dan rasakan sensasinya saat daging ikan itu melewati lidah dan masuk kedalam kerongkongan.

Rasa pedas bercampur dengan asam dan sedikit kecut mengiringi rasa gurih dan agak kemanisan dari daging ikan, menjalari seluruh urat syaraf perasa yang ada di lidah hingga ke kerongkongan…sungguh nikmatttt rasanya…masya Allah ruarrr biassssaaa…Alhamdulillah ya Allah SWT atas segala nikmat-MU ini.

Ikan-ikan di rumah makan Tepi Pantai memang terasa agak kemanisan, sebab ikannya masih segar , karena berasal langsung dari pelelangan ikan yang ada di Pelabuhan Paotere, jadi begitu ikan-kan-nya diturunkan dari kapal, langsung dibawah menyeberang ke Rumah Makan Tepi Pantai.

Kalau makan di rumah, nasinya yang banyak, lauknya sedikit, maka makan di rumah makan Tepi Pantai ini, nasinya sedikit saja, ikan nya yang banyak ha ha ha :-D Perlahan tapi pasti, dalam keheningan karena masing-masing sibuk dengan sajian ikan-nya, ikan-ikan itu habis tuntas juga dilahap. Kuelus perut-ku, ahh rasanya sudah padat benar. “Kalau sudah begini, tak makan malam lagi saya ini.” Kata Ustadz Amri. Dan kami semua-nya pun meng-iya-kan perkataannya.

Harga yang harus kami dibayar sebesar 65ribu untuk satu ekor ikan kakap, dan 50ribu untuk satu ekor ikan sunu, sedangkan nasinya 10ribu satu tempat dan sayur kangkung cah 10ribu satu porsi. Akhirnya setelah membayar semuanya, kami pun berlalu meninggalkan Rumah Makan Tepi Pantai dengan membawa rasa kepuasan yang tiada terkira, sepertinya rasa ikan beserta sambal cobek-cobeknya masih menari-nari di ujung lidah Blogger Pemuja Makanan…sungguh fantastis. Itulah kisahku mengenai Mencicipi Kuliner Laut di Rumah Makan Tepi Pantai Kota Makassar

Siapa tahu ada sahabat-sahibit blogger sedunia yang ingin ke Kota Makassar, jangan lupa untuk mampir ke Rumah Makan Tepi Pantai dan mencoba sajian kuliner ikan lautnya. Adapun alamat lengkap-nya dapat dilihat di bawah ini.

Rumah Makan Tepi Pantai
Alamat : Jalan Sabutung Baru No.8 / 18 Kota Makassar, 90166
Telepon (reservasi) : 0411 – 3610664
Buka : Jam 09:00 pagi s/d 23:00 malam.

Tabe’ salama’ ki’
Keep Smile, Keep Happy Blogging Always, mari ki’ di’…salam kuliner :-)

4 komentar:

  1. Kemana pun perginya, gak afdol rasanya kalau gak mencoba kuliner unggulan .... jadi kalau ke Makasar wajib ke Rumah Makan Tepi Pantai buat mencicipi ikan bakar

    BalasHapus
  2. Lumayan bisa menjadi tempat wisata kuliner di Makasar dengan hidangan tepi lautnya yang maknyus bila blusukan di sana nih. Mantap tenan.

    BalasHapus
  3. waahhh mantap tuh, kali kali ajakin saya dong.

    BalasHapus
  4. Ya ampun seafoodnya yummy dan pasti segar ya :)

    BalasHapus

Tiada kesan tanpa jejak komentar sahabat-sahibit yang menakjubkan :-D