Pasar Terapung Kota Banjarmasin, sangat terkenal, karena memiliki berbagai destinasi wisata yang sangat menarik, mulai dari perjalanan sepanjang Sungai Barito, Pulau Kembang hingga berbagai kuliner yang ada di sana, dan keindahan serta keunikan Pasar Terapung-nya sendiri.
Salah satu tempat yang saya sebagai Blogger Pemuja Makanan anggap unik adalah sebuah perahu warung makan yang ada di Pasar Terapung. Betapa tidak, bila sahabat-sahibit blogger sedunia makan di tempat lain, maka bisa dipastikan akan menderita rasa kenyang akibat mengkonsumsi makanannya. Akan tetapi bila kalian makan di warung yang satu ini, bukannya tambah kenyang, malah tamba lapar.
Akan tetapi itulah salah satu keunikan wisata kuliner di Pasar Terapung. Mau tahu warung makan apa sebenarnya warung ini, yang ada di Pasar Terapung, Blogger Pemuja Makanan akan menyajikan kepada kalian kisah lengkapnya dengan melakukan liputan langsung dari lokasi.
Langit masih gelap, saat mobil “Greatwall Double Cabin” yang ku-tumpangi bersama Dr Elly (direktur RSJ Mataram-Lombok) dan Mbak Retno, melaju kencang meninggalkan Kota Banjarbaru menuju Kota Banjarmasin (02092015). Jalanan yang sunyi membuat “Angga” sang driver, leluasa menerobos pekatnya malam, mengejar waktu agar kami bisa pergi ke lokasi Pasar Terapung seusai sholat Subuh.
Kulirik jam di handphone ku, jam empat lebih lima menit , tak lama lagi adzan untuk sholat Subuh akan terdengar. Dan benar saja, adzan subuh pun terdengar, saat mobil kami tepat melintas di depan salah satu masjid yang ada di Desa Kuin, dan Angga menghentikan mobilnya, agar kami bisa menunaikan kewajiban untuk menghadap Sang Khalik subuh itu.
Seusai sholat subuh, kami melanjutkan perjalanan menuju dermaga perahu klotok yang berada tepat di depan Masjid Sultan Suriansyah, di desa Kuin Utara. Sekira dua puluh menit, rombongan-ku telah berdiri di pinggir dermaga, bersiap hendak naik ke Perahu Klotok atau Taxi Air yang disewa 250ribu, dan akan mengantar kami menuju Pasar Terapung. Klotok adalah nama untuk perahu yang terbuat dari kayu dan digerakkan oleh mesin, dengan daya muat 10 hingga 20 penumpang, tergantung besar kecilnya perahu.
Pasar Terapung Banjarmasin Kota adalah salah satu destinasi wisata yang sangat populer dan menjadi primadona andalan pemerintah Kota Banjarmasin dalam menggaet turis lokal maupun turis dari mancanegara. Ini terlihat dari adanya kunjungan para turis ke tempat wisata tersebut hampir setiap hari. Konon kabarnya, mereka beranggapan belum ke Banjarmasin, kalau belum berkunjung ke Pasar Terapung. Bagi diriku sich, ini merupakan kunjungan yang baru ke tiga kalinya.
Perahu klotok yang kami tumpangi akhirnya telah memasuki di lokasi Pasar Terapung, perlahan-lahan mesin motor perahu mulai dimatikan. Mata-pun mulai digunakan untuk melihat segala pemandangan yang tersaji di sekitar pasar terapung. Mulai dari pemandangan matahari terbit, hingga perahu-perahu kecil yang menjajakan dagangannya dan sebagainya.
Waktu terus berjalan, tak terasa perut mulai mengalunkan nada berirama keroncong-an, maklum sejak subuh hingga pagi ini belum terisi makanan apapun. Tebaran matapun mulai mencari perahu yang berfungsi sebagai Warung Makan, dan akhirnya kami memilih salah satu dari sekian banyak Perahu Warung Makan yang ada.
Mulanya kami mengernyitkan dahi saat membaca nama warung-nya yang rada aneh dan unik, namun karena rasa lapar yang membuncak, akhirnya perahu klotok yang memuat rombongan-ku pun disandarkan ke perahu warung makan itu.
Perahu Warung Makan ini menyajikan berbagai macam makanan, mulai dari Nasi Sop, Soto, Rawon, Nasi Kuning, Sate Ayam dan Soto Banjar. Terlihat seorang karyawannya sedang membakar sate di atas atap perahunya. Hmm harum daging bakar menggoda selera, hingga kami memesannya sebanyak lima porsi, di tambah lima porsi Soto Banjar.
Laahh iyalah…ngapain juga jauh-jauh ke Pasar Terapung di Kota Banjarmasin kalau nggak pesan Soto Banjar, salah satu kuliner khas asli Banjarmasin. Untuk minumnya, cukuplah lima gelas teh hangat.
Warung Makan ini terlihat lumayan bersih, para pembeli bisa memilih, mau makan di dalam Perahu Warung Makan, atau di atas atap perahu. Blogger Pemuja Makanan memilih untuk makan di atas atap perahu yang kami tumpangi, demikian juga Angga, Dr Elly dan Mbak Retno serta motoris perahu.
Kalau makan di dalam perahu bisa juga, namun harus duduk gaya lesehan, dan bagi yang tinggi badannya di atas rata-rata, harus menundukkan kepala agar tak tersandung kayu-kayu pada langit-langit perahu. Dapurnya juga di dalam perahu, letaknya di ujung dekat buritan, terlihat aktifitas dapur seperti biasanya. Mengisi piring dan gelas dengan pesanan pembeli, mencuci gelas dan piring yang kotor, air bersihnya mereka simpan dalam beberapa gentong berbahan plastik yang besar.
Tak lama pesanan kami telah tersaji, tanpa menunggu perintah semuanya langsung diserbu..bismillahirrohmanirrohim. Di pagi yang berkabut karena udara dingin, soto banjar, sate ayam dan the yang hangat menjadi sarapan yang tepat. Rasa teh-nya, tidak terlalu manis, hampir tawar, dan airnya juga sudah tidak terlalu hangat. Sate-nya, daging ayamnya empuk, sekali gigit dan tarik, langsung hilang dalam kerongkongan. Bumbu satenya, tak terlalu pedas, cenderung manis.
Sementara Soto Banjarnya, rasanya hampir sama dengan semua soto banjar yang ada di Kalimantan Selatan, campuran agak keasin-asinan dan keasam-asaman. Namun itu hanya berlangsung sementara di ujung lidah saja, karena rasa asin dan asam itu menjadikan Soto Banjar terasa segar saat melahapnya.
Kuliner Soto Banjar adalah masakan khas Banjarmasin, yang terkenal lezat dengan kuah yang gurih meskpun tidak menggunakan santan, dan kaya dengan kandungan rempah-rempah. Saat sendok pertama, kuah dengan irisan daging ayam dan telor masuk ke dalam mulut, maka yang pertama tercium adalah campuran aroma kapulaga dan cengkeh.
Pedasnya lada dan pala terasa di ujung lidah, berbaur dengan rasa yang ditimbulkan oleh bawang merah dan putih, daun bawang serta sledri. Garam dan jeruk nipis membuatnya jadi segar, ditambah lagi dengan manis-nya kecap, membuat Soto Banjar menjadi kuliner yang tak terlupakan….perfecto.
Tuntas. ludes semua makan yang kami pesan. alhamdulillah. Makan di warung ini tarifnya tidak terlalu mahal, setara dengan tempat-nya yang unik dan makanannya yang cendenrung sedap nan nikmat. Seratus Dua Puluh Lima Ribu, yang dibayarkan untuk semua makanan yang kami lahap…lumayan dach.
Akan tetapi, itulah dia, seperti yang disebutkan di awal artikel ini, bahwa meski sebanyak apapun Blogger Pemuja Makanan makan di warung makan ini, bukannya tambah kenyang malah tamba lapar, karena Perahu Warung Makan ini dinamakan oleh pemiliknya dengan nama Warung Makan Tamba Lapar. Jadi wajarlah kalo ada warning untuk kalian, yaitu Peringatan!!! Makan Di Warung Ini Bukannya Tambah Kenyang Malah Tamba Lapar. Ha Ha Ha :-D
Tabe, salama’ ki’
Keep Happy Blogging Always, Mari Ki’ Di’
Salam Kuliner :-)
setelah baca artikel ' Peringatan!!! Makan Di Warung Ini Bukannya Tambah Kenyang Malah Tambah Lapar' rasa ingin makan yang buanyaaaak sekali
BalasHapusSaya pernah juga makan di sini mas.. Back in 2013. Seruuu dan makanannya enak, apalagi serasa diayun di atas kapal :)
BalasHapustamba lapar..artinya obat lapar.... tamba lapar sama tambah kenyang sama donk pak...??he2
BalasHapus